Peran Pesantren Diabaikan, Statistik Pendidikan Tasikmalaya Dinilai Tak Mencerminkan Realita

Pendidikan

TASIKMALAYA  – Kabupaten Tasikmalaya menjadi sorotan dalam isu capaian program wajib belajar 9 tahun. Namun di balik angka statistik yang menunjukkan rendahnya rata-rata lama sekolah, terdapat realita pendidikan non-formal seperti pesantren yang belum diakui secara menyeluruh oleh sistem nasional.

Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Mohamad Zen, mengungkapkan bahwa meskipun rata-rata lama sekolah di wilayahnya masih di bawah 8 tahun, kondisi ini tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan di lapangan.

Bacaan Lainnya

Pasalnya, banyak anak di Tasikmalaya justru menempuh pendidikan melalui jalur pesantren, yang tidak tercatat dalam statistik pendidikan formal.

“Jika hanya mengacu pada data sekolah formal, kita memang tertinggal. Tapi kalau pendidikan di pesantren dihitung, sebenarnya kita sudah mencakup sebagian besar anak usia sekolah,” ujar Zen (6/5/2025).

BACA JUGA : Hari Pendidikan Nasional 2025: Jejak Langkah Perjuangan, Menuju Pendidikan Bermutu kah?

Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu daerah dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di Jawa Barat. Namun sayangnya, keberadaan lembaga-lembaga ini belum sepenuhnya diintegrasikan dalam sistem pelaporan pendidikan nasional.

Hal ini menyebabkan distorsi data, yang menurut Zen, membuat upaya daerah terkesan kurang maksimal di mata pemerintah pusat.

Zen menyerukan adanya reformasi dalam sistem pencatatan dan pengakuan pendidikan nasional, agar jalur non-formal seperti pesantren mendapat tempat yang setara.

“Pesantren juga mendidik, bahkan membentuk karakter. Mereka bukan alternatif, tapi bagian dari sistem,” tegasnya.

Meski begitu, Pemkab Tasikmalaya tetap melanjutkan upaya peningkatan kualitas pendidikan formal. Salah satunya dengan merekrut guru-guru melalui skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).

Dengan perpaduan antara pendekatan formal dan non-formal, Tasikmalaya menargetkan model pendidikan yang inklusif, yang tidak hanya mengejar angka statistik, tapi juga esensi dari pendidikan itu sendiri. (*)

The post Peran Pesantren Diabaikan, Statistik Pendidikan Tasikmalaya Dinilai Tak Mencerminkan Realita first appeared on Tasikmalaya Ku.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *