SUKABUMI – Badan Pengelola (BP) Geopark Ciletuh Palabuhanratu mendorong dilakukannya evaluasi berkelanjutan terhadap berbagai program pengembangan kawasan Geopark Ciletuh–Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp).
Hal tersebut disampaikan oleh General Manager BP Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Aat Suwarno, dalam kegiatan Rapat Koordinasi Pengembangan CPUGGp Tahun 2026–2029 yang digelar pada Jumat (10/10/2025).
Menurutnya, evaluasi menjadi bagian penting dalam proses pembangunan berkelanjutan. Ia menegaskan, kegiatan evaluasi bukan untuk mencari kesalahan, melainkan sebagai sarana memperbaiki kekurangan yang ada.
Baca Juga: Kadispar Kabupaten Sukabumi: Geopark Harus Dijaga Sebagai Warisan dan Sumber Ekonomi Berkelanjutan
“Evaluasi itu penting dan harus terus dilakukan. Kita tidak mungkin sempurna dalam pembangunan, tapi yang terpenting adalah bagaimana ketidaksempurnaan itu bisa diperbaiki. Ini langkah yang sangat baik untuk kemajuan geopark,” ujar Aat.
Ia menambahkan, BP Geopark terus bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi serta seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga keberlanjutan kawasan geopark yang telah diakui dunia.
“Insyaallah, kami bersama pemerintah dan semua pihak akan terus bersinergi, salah satunya melalui kegiatan seperti hari ini,” katanya.
Baca Juga: Pendakian Gunung Gede Pangrango Ditutup Sementara Mulai 13 Oktober
Terkait hasil evaluasi sebelumnya, ia menjelaskan bahwa fokus utama BP Geopark adalah proses revalidasi status geopark dari UNESCO. Ke depan, pihaknya berkomitmen agar kekurangan pada periode sebelumnya tidak terulang.
“Kemarin fokus kita pada revalidasi, dan hasilnya sudah keluar. Tapi yang penting, kita harus memastikan konsekuensi dari hasil itu bisa ditindaklanjuti dengan baik,” jelasnya.
Untuk program mendatang, BP Geopark akan memprioritaskan pemulihan lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuannya, agar warga sekitar dapat meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak kelestarian alam.
Baca Juga: SPPG Dikuatkan, Sekda Sukabumi: Jangan Main-main Dengan Keamanan Pangan!
“Tagline kami jelas: pemulihan lingkungan berbasis pemberdayaan. Masyarakat harus diberdayakan dengan tetap menjaga kelestarian,” tegas Aat.
Menanggapi empat rekomendasi dari UNESCO, pihaknya optimistis seluruhnya dapat diselesaikan lebih cepat dari target empat tahun yang ditetapkan.
“Sebenarnya targetnya empat tahun, tapi kami optimis bisa diselesaikan dalam tiga tahun ke depan,” pungkasnya.