Dari Sampah Jadi Rupiah, Warga Subangjaya Raup Rp1,5 Juta per Bulan

SUKABUMI – Wakil Wali Kota Sukabumi, Bobby Maulana, meninjau langsung kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kelurahan Subangjaya, Kamis (16/10/2025).

Dalam kunjungan tersebut, Bobby didampingi oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi, Asep Irawan, beserta jajaran.

Peninjauan dilakukan di dua lokasi percontohan, yakni Bank Sampah Astrajingga yang dikelola oleh Kang Deri dan pengolahan sampah organik Eco Enzyme yang digerakkan oleh Widodo, Koordinator Eco Enzyme Nusantara.

“Ini adalah upaya untuk merawat lingkungan dan bumi. Bila potensi ini dimaksimalkan, setiap wilayah bisa lebih bersih dan asri. Kebersihan adalah harga yang tak ternilai,” ujar Bobby di sela kunjungannya.

Bobby menekankan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya soal kebersihan, melainkan juga bentuk tanggung jawab sosial bersama. Ia mengapresiasi warga Subangjaya yang telah membangun kesadaran kolektif untuk mengelola sampah secara mandiri.

Menurut Bobby, pengelolaan sampah di tingkat kelurahan membutuhkan komitmen dan partisipasi aktif masyarakat. Melalui sistem yang diterapkan di Subangjaya, warga dapat menukar sampah dengan uang tunai berdasarkan berat (kiloan), yang dikoordinasikan oleh ketua RW setempat.

Menariknya, hasil dari kegiatan daur ulang ini mampu menghasilkan penghasilan tambahan bagi warga hingga Rp1,5 juta per bulan.Selain meningkatkan ekonomi rumah tangga, sebagian dana hasil pengelolaan juga digunakan untuk kegiatan pembangunan lingkungan mandiri.

Dalam kesempatan yang sama, Bobby turut mengunjungi tempat produksi Eco Enzyme, cairan serbaguna hasil fermentasi bahan organik seperti buah dan sayuran busuk.

Produk ini tidak dipatenkan agar dapat dimanfaatkan masyarakat luas, baik untuk pupuk, pembersih, maupun hand sanitizer alami.

“Langkah seperti ini luar biasa. Ini contoh nyata bagaimana limbah bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi dan ramah lingkungan,” puji Bobby.

Sementara itu, Kang Deri menjelaskan, nama “Astrajingga” terinspirasi dari tokoh wayang Cepot yang sederhana dan dekat dengan masyarakat.
Bank sampah ini memproses sampah anorganik menjadi bahan setengah jadi untuk dijual kembali. Ke depan, pihaknya berencana mengembangkan produk olahan seperti paving block dan wadah daur ulang, meski masih memerlukan dukungan alat dan mesin tambahan.

Bobby memastikan bahwa Pemerintah Kota Sukabumi akan terus memberikan dukungan anggaran dan pendampingan bagi program pengelolaan sampah berbasis masyarakat di berbagai wilayah.

“Yang penting, sampah bisa diselesaikan di tingkat kelurahan, tidak menumpuk di TPS atau dibuang sembarangan. Dengan begitu, lingkungan bersih, ekonomi warga bergerak,” tegasnya. (Ky)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *