Kreatif! Warga Subangjaya Olah Sampah Jadi Berkah, Dapat Pujian dari Dessy Susilawati

SUKABUMI – Gerakan warga Kelurahan Subangjaya, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, dalam mengelola sampah rumah tangga secara mandiri mendapat apresiasi tinggi dari Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Dessy Susilawati.

Baginya, apa yang dilakukan warga bukan sekadar menjaga kebersihan, tapi juga menunjukkan kemandirian ekonomi yang patut ditiru daerah lain.

Bacaan Lainnya

“Luar biasa, warga Subangjaya berhasil mengubah sampah menjadi sumber penghasilan. Ini bukti bahwa dengan semangat dan kreativitas, persoalan lingkungan bisa berubah menjadi peluang ekonomi,” ujar Dessy saat meninjau kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat, Sabtu (18/10/25).

Dalam kegiatan tersebut, Dessy turut mendampingi Wakil Wali Kota Sukabumi Bobby Maulana dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Asep Irawan, meninjau dua lokasi percontohan pengelolaan sampah, yakni Bank Sampah Astrajingga dan produksi Eco Enzyme Subangjaya.

Di Bank Sampah Astrajingga, warga mengelola limbah anorganik seperti plastik dan botol bekas untuk dijual kembali. Sementara di unit Eco Enzyme, mereka memanfaatkan sisa buah dan sayuran busuk menjadi cairan serbaguna untuk pembersih, pupuk, hingga hand sanitizer alami.

Menurut Dessy, inisiatif ini bukan hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga membuka jalan bagi ekonomi hijau di tingkat kelurahan.

“Warga bisa mendapat tambahan penghasilan hingga Rp1,5 juta per bulan dari hasil daur ulang. Ini bukti konkret bahwa pengelolaan lingkungan bisa sejalan dengan peningkatan kesejahteraan,” jelasnya.

Bahkan sebagian hasil penjualan sampah digunakan untuk kegiatan sosial dan pembangunan lingkungan mandiri di wilayah tersebut.

Kepala DLH Kota Sukabumi, Asep Irawan, menambahkan bahwa program semacam ini menjadi contoh ideal penerapan konsep “sampah tuntas di sumbernya”. Dengan sistem yang terkoordinasi di tingkat RW, masyarakat lebih sadar memilah sampah dan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada TPS.

Sementara itu, Kang Deri, pengelola Bank Sampah Astrajingga, mengungkapkan bahwa nama “Astrajingga” diambil dari tokoh wayang Cepot yang sederhana, lucu, tapi penuh makna moral.

“Kami ingin gerakan ini dekat dengan masyarakat. Dari sampah bisa muncul nilai, dari kebersihan lahir kesejahteraan,” ujarnya.

Dessy pun berharap agar Pemprov Jawa Barat terus mendukung gerakan seperti ini melalui bantuan alat, pelatihan, dan akses pasar bagi produk daur ulang.

“Kalau semua kelurahan punya kesadaran seperti Subangjaya, bukan tidak mungkin Jawa Barat jadi provinsi terdepan dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat,” tutupnya dengan optimis. (Ky)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *