Bukan Sekadar Mitos, Inilah Kampung Ular Kertasurabdi Cirebon

Bukan Sekadar Mitos, Inilah Kampung Ular Kertasurabdi Cirebon

SUKABUMI – Di tengah hiruk pikuk kehidupan di Cirebon, Jawa Barat menyimpan mitos, terdapat sebuah tempat yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Namun, menjadi pusat kegiatan yang signifikan dalam industri kulit hewan, yaitu Kampung Ular Kertasura.

Julukan ini disematkan pada sebuah wilayah di Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, karena aktivitas pengulitan ribuan ular setiap harinya untuk memenuhi permintaan pasar global.

Kampung Ular Kertasura telah lama menjadi sentra produksi kulit ular, khususnya ular sanca (python) dan kobra. Hewan-hewan melata ini didatangkan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang berasal dari hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan.

Baca Juga : Mitos atau Fakta? Mengonsumsi Durian Berlebih Dapat Memicu Stroke

Sesampainya di Kertasura, ular-ular tersebut akan melalui proses yang panjang dan tak jarang menimbulkan perdebatan etis.

Proses pengulitan biasanya dimulai dengan penyembelihan ular, diikuti dengan pengeluaran isi perut, dan kemudian kulitnya dipisahkan dari daging.

Kulit-kulit ini kemudian dibersihkan, dijemur, dan diawetkan sebelum akhirnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk fesyen mewah seperti tas, dompet, sepatu, ikat pinggang, hingga jaket.

Baca Juga : Mitos atau Fakta? Interaksi dengan Kucing Bisa Mengurangi Stres

Daging ular pun tidak disia-siakan; sebagian dijual untuk dikonsumsi, diyakini memiliki khasiat tertentu, sementara sisanya diolah menjadi kerupuk.

Produk-produk dari kulit ular Kertasura sebagian besar diekspor ke berbagai negara, terutama di Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Tiongkok.

Permintaan yang tinggi ini tak lepas dari keunikan corak, dan tekstur kulit ular yang dianggap eksotis dan mewah di pasar internasional.

Baca Juga :Misteri dan Mitos Curug Sawer: Pesona dan Angker di Sukabumi

Bagi sebagian masyarakat Kertasura, industri ini menjadi tulang punggung perekonomian, menyediakan lapangan kerja dan penghasilan yang stabil.

Namun, di balik geliat ekonomi ini, industri kulit ular Kertasura juga tak luput dari sorotan dan kritik. Para aktivis hak-hak hewan dan konservasionis menyuarakan keprihatinan mendalam, terkait kesejahteraan hewan dan dampak lingkungan.

Metode penangkapan, pemeliharaan, hingga penyembelihan ular seringkali dianggap tidak manusiawi dan memicu penderitaan pada hewan.

Selain itu, ada kekhawatiran tentang potensi dampak terhadap populasi ular di alam liar, terutama jika penangkapan tidak diatur dengan baik dan berkelanjutan.

Keberadaan Kampung Ular Kertasura mencerminkan dilema kompleks, antara kebutuhan ekonomi masyarakat dan tuntutan etika serta konservasi.

Bagi para pekerja di Kertasura, ini adalah mata pencaharian yang telah turun-temurun, sebuah bagian dari identitas lokal. Bagi mereka, ular adalah sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan hidup.

Kampung Ular Kertasura adalah sebuah kisah yang menarik, sebuah potret tentang bagaimana sebuah komunitas di Indonesia berinteraksi dengan alam untuk bertahan hidup.

Bagaimana menurut Anda, bagaimana seharusnya industri seperti ini berkembang agar tetap berkelanjutan dan etis.(Sei)

The post Bukan Sekadar Mitos, Inilah Kampung Ular Kertasurabdi Cirebon first appeared on Sukabumi Ku.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *