Hujan Dua Hari, Risiko yang Mengintai di Desa Purwasari Cisayong

TASIKMALAYAKU.ID – Rabu pagi yang semestinya menjadi awal hari biasa di Kampung Cicadas Pojok, Desa Purwasari, Kecamatan Cisayong, berubah menjadi kepanikan. Dua rumah warga mengalami keretakan parah akibat pergeseran tanah yang terjadi secara tiba-tiba.

Dinding yang dulu kokoh kini terlihat retak, menganga, dan mengancam keselamatan penghuninya. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Supendi Supriyadi, Kepala Desa Purwasari, membenarkan peristiwa tersebut. “Kami menerima laporan dari warga bahwa telah terjadi pergeseran tanah di Kampung Cicadas. Dua rumah warga terdampak cukup parah,” ujarnya saat ditemui di lokasi.

Kejadian ini bukan yang pertama. Desa Purwasari memang dikenal sebagai wilayah yang rawan longsor dan pergeseran tanah, terlebih saat musim hujan tiba. Menurut Supendi, hujan deras yang mengguyur sejak Selasa malam menjadi pemicu utama pergeseran tanah kali ini, diperparah oleh kondisi tanah yang labil dan minimnya sistem drainase yang memadai.

Foto/Istimewa for tasikmalayaku.id

BACA JUGA : 10 Tahun Penantian: Son Heung-min Akhirnya Menjadi Kapten Juara!

Tak hanya Kampung Cicadas. Di hari yang sama, bencana serupa juga menimpa Kampung Awi Tengah. Satu rumah warga dilaporkan mengalami kerusakan, sementara jalan penghubung antara Jeruk Amis dan Awi Tengah tertimbun material longsor. Aktivitas warga terhenti.

Jalan yang biasa digunakan sebagai jalur ekonomi dan pendidikan kini tak bisa dilalui kendaraan.

“Dua wilayah ini sudah kami petakan sebagai daerah rawan, tapi bencana tetap datang setiap tahun. Ini menjadi alarm bagi kita semua,” ungkap Supendi.

Menyadari ancaman yang bisa meluas, pemerintah desa bergerak cepat. Bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan masyarakat setempat, mereka mengevakuasi warga terdampak ke lokasi yang lebih aman.

Pembersihan material longsoran dilakukan secara gotong royong, dibantu satu unit ekskavator yang diturunkan untuk mempercepat proses evakuasi jalan yang tertimbun.

Namun, upaya ini hanyalah langkah darurat. Masalah sebenarnya lebih dalam: kesiapsiagaan dan mitigasi yang belum maksimal. Minimnya sarana peringatan dini, sistem drainase yang buruk, hingga tata ruang yang tak mempertimbangkan potensi bencana menjadi pekerjaan rumah yang terus berulang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, hujan deras yang mengguyur wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya selama dua hari terakhir (Selasa–Rabu) telah memicu sejumlah bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir. Kabupaten Tasikmalaya menjadi salah satu daerah paling terdampak.

Foto/istimewa for tasikmalayaku.id

Fenomena ini menggarisbawahi kenyataan bahwa bencana bukan sekadar kejadian alam, melainkan juga hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya.

Ketika kawasan rawan longsor dihuni tanpa mitigasi, dan musim hujan datang tanpa kesiapan, maka bencana tinggal menunggu waktu.

Mengakhiri keterangannya, Kepala Desa Supendi mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di musim hujan.

“Kami terus ingatkan warga untuk siaga. Jangan abaikan tanda-tanda retakan tanah, dan laporkan segera bila ada perubahan yang mencurigakan di lingkungan sekitar,” pesannya.

Kejadian di Desa Purwasari menjadi cermin bagi banyak wilayah lain: bahwa menghadapi alam tidak cukup dengan doa dan harapan. Dibutuhkan kesiapan nyata, perencanaan matang, dan kolaborasi lintas sektor untuk benar-benar meminimalkan risiko bencana yang terus mengintai. (*)

The post Hujan Dua Hari, Risiko yang Mengintai di Desa Purwasari Cisayong first appeared on Tasikmalaya Ku.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *