KASAI Dorong Pertanian Berkelanjutan, Apresiasi Kebijakan Pemerintah soal Lahan dan Pupuk

Kasai
Keluarga Alumni Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Indonesia, wadah bagi para alumni berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki latar belakang keilmuan sosial ekonomi pertanian dan agribisnis.

JABARKU.ID – Keluarga Alumni Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Indonesia (KASAI) menegaskan komitmennya untuk berkontribusi aktif dalam memperkuat ketahanan pangan nasional serta membangun sistem agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Pernyataan ini disampaikan oleh Prof. Dr. Achmad Tjachja Nugraha, Ketua Umum KASAI yang juga Guru Besar Ekonomi Pertanian UIN Syarif Hidayatullah serta Asisten II Penasehat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, dalam Press Conference pada kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) KASAI di Wisma Tani, Jakarta, Sabtu (25/10/2025).

Bacaan Lainnya

Prof. Achmad Tjachja menyebut, semangat Rakernas KASAI kali ini sejalan dengan program Asta Cita Presiden RI Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, terutama dalam hal penguatan sumber daya manusia pertanian dan pembangunan dari desa, yang menekankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

“Kebijakan ini menunjukkan keseriusan pemerintah terhadap pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Namun, efektivitasnya akan sangat bergantung pada sejauh mana ilmu pengetahuan dan teknologi diterapkan di lapangan,” ujar Tjachja.

Kasai
Keluarga Alumni Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Indonesia, wadah bagi para alumni berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki latar belakang keilmuan sosial ekonomi pertanian dan agribisnis.

Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan apresiasi terhadap dua kebijakan strategis pemerintah yaitu, larangan alih fungsi lahan pertanian dan penurunan harga pupuk sebesar 20 persen.

Menurutnya, kedua kebijakan ini merupakan bentuk keberpihakan nyata pemerintah terhadap sektor pertanian sekaligus investasi sosial-ekonomi jangka panjang untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

“Rata-rata produksi padi nasional yang masih berkisar 5,5 ton per hektare sulit meningkat karena degradasi kesuburan tanah. Penggunaan bahan kimia berlebihan, kekeliruan teknis dalam budidaya, serta rendahnya pemahaman petani menjadi tantangan serius yang harus diatasi,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, larangan alih fungsi lahan akan memperkuat perlindungan terhadap lahan produktif yang terus berkurang akibat tekanan pembangunan, sementara penurunan harga pupuk memberikan harapan baru bagi petani untuk menjaga produktivitas di tengah biaya input yang fluktuatif.

Lebih lanjut, KASAI menekankan pentingnya perubahan pola pikir petani dari cara-cara instan menuju pendekatan pertanian yang lebih ilmiah, sabar, dan berorientasi pada keberlanjutan.

Aplikasi pupuk pada musim hujan, misalnya, sering kali tidak efektif karena proses leaching apabila tidak disertai pengetahuan teknis yang memadai.

Sementara itu, melalui Rakernas 2025 ini, KASAI mempertegas perannya sebagai wadah kolaborasi lintas kampus dan lintas sektor, dengan fokus utama pada penguatan pertanian berbasis pengetahuan, inovasi, dan pemberdayaan petani.

Beberapa program strategis yang akan dijalankan KASAI antara lain, konsolidasi jejaring alumni sosial ekonomi pertanian dan agribisnis di seluruh Indonesia,‌ Penguatan basis data pertanian berbasis teknologi, Pemberdayaan petani serta inkubasi UMKM agribisnis,‌ Kolaborasi riset dan inovasi bersama perguruan tinggi dan pemerintah serta Advokasi kebijakan publik yang mendukung keberlanjutan sektor pertanian nasional.

“Tantangan agribisnis Indonesia tidak hanya soal produksi, tetapi juga efisiensi rantai pasok, akses pasar, adopsi teknologi, dan regenerasi petani muda. KASAI siap menjadi bagian dari solusi,” ujarnya.

Tjachja pun menyerukan agar seluruh pemangku kepentingan mulai dari akademisi, pelaku usaha, pemerintah, hingga masyarakat tani terus bersinergi membangun ekosistem agribisnis yang inovatif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

“Pertanian adalah masa depan bangsa. Kami, para alumni sosial ekonomi pertanian dan agribisnis, memiliki tanggung jawab moral untuk berkontribusi nyata. Membangun pertanian berarti membangun pondasi bangsa,” tuturnya.

Untuk diketahui, KASAI (Keluarga Alumni Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Indonesia) merupakan wadah bagi para alumni berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki latar belakang keilmuan sosial ekonomi pertanian dan agribisnis.

KASAI berkomitmen menjadi jembatan antara dunia akademik, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat tani dalam mewujudkan sistem agribisnis nasional yang inklusif, tangguh, dan berdaya saing.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *