SUKABUMI – Data tenaga kerja di Kabupaten Sukabumi menunjukan ketimpangan gender yang cukup signifikan antara pria dan wanita. Jumlah pekerja dari kaum hawa mendominasi industri, sementara pria cuma 30 persen.
Data yang diperoleh redaksi sukabumiku.id dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) memperlihatkan angka ketimpangan tersebut. Data berseumber dari wajib lapor ketenagakerjaan perusahaan (WLKP) hingga Juni 2025. Secara keseluruhan, jumlah pekerja yang terdata di Kabupaten Sukabumi berjumlah 262.804 orang.
Dari angka tersebut, jumlah pekerja wanita mendominasi dengan jumlah 183.968 orang atau 70% dari jumlah keseluruhan. Sementara pekerja pria jumlahnya hanya 77.836 orang atau cuma 30 persen.
Data pekerja tersebut sudah termasuk warga negara asing (WNA). Dimana total pekerja WNA di Kabupaten Sukabumi berjumlah 537 orang, terdiri dari 476 pria, dan 61 wanita.
Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi di Disporapar Kota Sukabumi Jadi Warning Bagi Semua SKPD
Kepala Disnakertrans Kabupaten Sukabumi, Sigit Widarmadi, menjelaskan ketimpangan gender di data pekerja ini menjadi perhatian serius. Disnakertrans Kabupaten Sukabumi kini berupaya menciptakan kesetaraan kesempatan kerja antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan.
“Kami juga terus melaksanakan program pelatihan berbasis kompetensi dan kewirausahaan agar masyarakat siap menghadapi kebutuhan pasar kerja, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” ujar Sigit, Jumat (17/10/2025).
Data tersebut juga mencantumkan jumlah perusahaan di Kabupaten Sukabumi yang totalnya mencapai 5.834 perusahaan. Terbagi menjadi 5.290 perusahaan besar, 140 sedang, dan 404 perusahaan kecil.
Ketimpangan gender pada data pekerja di Kabupaten Sukabumi tak lepas dari kecenderungan sektor industri tertentu yang lebih banyak menyerap tenaga kerja perempuan. Misalnya sektor padat karya seperti garmen termasuk pabrik alas kaki.
Baca Juga: Ekonomi Kota Sukabumi Tumbuh Konsisten, Jadi Daerah Pemulihan Tercepat di Jawa Barat
“Kecenderungan perempuan lebih teliti dan fokus menjadi alasan mengapa sektor garment lebih banyak menyerap tenaga kerja perempuan. Namun, di sisi lain, kompetensi menjahit di kalangan tenaga kerja laki-laki memang masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Disnakertrans mendorong pengembangan lapangan kerja baru berbasis green jobs yang berorientasi pada kewirausahaan dan potensi lokal. Upaya ini diharapkan dapat membuka peluang kerja yang lebih seimbang bagi laki-laki maupun perempuan, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Sukabumi.
Disnakertrans Kabupaten Sukabumi juga intens berkoordinasi dengan BP3MI, P4MI, LTSA Provinsi Jawa Barat, dan Kemenlu dalam pendampingan serta perlindungan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Hal ini termasuk proses penjemputan pekerja dari provinsi hingga ke tempat tinggal mereka serta sosialisasi tata cara menjadi PMI prosedural.
Baca Juga: Tarif Berobat di RSUD Syamsudin Naik Warga Kota Sukabumi Menjerit Rakyat Miskin Makin Tercekik
Sigit menegaskan bahwa ke depan Disnakertrans akan menyiapkan kebijakan jangka panjang untuk menyeimbangkan proporsi tenaga kerja laki-laki dan perempuan.
Beberapa langkah yang akan dilakukan antara lain menghimbau perusahaan agar tidak memprioritaskan jenis kelamin tertentu dalam perekrutan, mendorong regulasi lowongan kerja yang bersifat netral gender, serta memberikan pelatihan bagi calon pekerja laki-laki agar memiliki kemampuan yang setara dalam pekerjaan yang selama ini identik dengan perempuan.
“Intinya, laki-laki juga harus bisa menjahit, memotong kain, atau melakukan pekerjaan lain di sektor garmen. Kesempatan kerja seharusnya tidak dibatasi oleh gender, tetapi oleh kompetensi,” tegas Sigit Widarmadi.
Dengan langkah-langkah tersebut, Disnakertrans Kabupaten Sukabumi berharap dapat menciptakan pasar kerja yang inklusif, setara, dan berbasis potensi lokal, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di masa mendatang.