Saung Toncom dan Kopi Maqha: Ekonomi Umat, Dakwah, dan Silaturahmi dalam Satu Ruang

TASIKMALAYA — Peresmian Saung Toncom dan Kopi Maqha di Jalan Terusan BCA, Kota Tasikmalaya, bukan sekadar peluncuran tempat kuliner baru. Lebih dari itu, ia mencerminkan wajah baru gerakan ekonomi umat yang berpadu dengan semangat dakwah dan pemberdayaan pesantren.

Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, yang hadir langsung dalam acara grand opening, menyebut tempat ini sebagai wujud nyata dari semangat kebaikan yang ditanamkan KH. Zamzam Imadudin, Lc., M.Pd — tokoh sentral di balik berdirinya Saung Toncom.

“Beliau adalah pendiri Pesantren Terpadu Qoshrul Muhajirin. Spiritnya untuk umat tercermin jelas di tempat ini. Saung Toncom dan Kopi Maqha bukan sekadar tempat makan, tapi ruang silaturahmi, ruang dakwah, dan penggerak ekonomi yang merdeka,” ujar Viman pada Rabu (9/7/2025).

Viman juga menekankan bahwa keberadaan tempat ini selaras dengan semangat kemandirian pesantren. Pemiliknya, KH. Zamzam, bukan hanya seorang pengusaha, tapi juga pimpinan lembaga pendidikan yang aktif menciptakan akses beasiswa bagi siswa tidak mampu.

BACA JUGA : Tahun Baru Islam, Pemkot Tasikmalaya Dukung Kegiatan Dakwah dan Aksi Sosial Majelis Taklim Al-Muttaqin

“Profit dari usaha ini dialirkan untuk menopang beasiswa di Pesantren Khosrul Muhajirin di Badak Paeh, Singaparna. Hampir 40 persen siswa di sana menerima beasiswa dari TK hingga SMA,” jelas Viman.

Dari Tutug Oncom hingga Ruang Kajian

Tak hanya mengusung nama makanan tradisional khas Sunda, Saung Toncom menampilkan identitas kuat Kota Tasikmalaya. Menu olahan ikan nila dan Tutug Oncom disajikan berdampingan dengan racikan kopi yang menyasar kalangan muda.

Namun lebih dari cita rasa, KH. Zamzam menekankan bahwa tempat ini membawa nilai. “Usia berkah adalah usia yang bermanfaat bagi banyak orang,” ungkapnya.

kopi maqha2
Walikota Tasikmalaya Resmikan Grand Opening Saung Toncom dan Kopi Maqha. Foto: Rizky Zaenal Mutaqin/tasikmalayaku.id

Ia menjelaskan bahwa Saung Toncom tidak sekadar bisnis kuliner, tapi juga medium dakwah dan ruang edukatif bagi masyarakat.

“Saung ini kami desain untuk ibu-ibu dan keluarga, sementara Kopi Maqha menyasar generasi muda. Kami ingin arahkan bahwa ngopi bukan hanya hiburan musik, tapi juga silaturahmi dan kajian. Ada kajian keislaman, diskusi sosial, hingga dialog pendidikan.”

Menurutnya, konsep ini lahir dari keresahan atas maraknya tempat nongkrong yang kehilangan orientasi nilai. Ia ingin membuktikan bahwa ruang santai bisa menjadi ruang edukatif dan spiritual.

Memberi Arah pada Ekonomi Lokal

Konsep sosial-entrepreneurship yang diusung Saung Toncom menarik perhatian banyak pihak. Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Moh. Faruk Rozi turut hadir dalam acara pembukaan, menandakan apresiasi dari elemen pemerintahan dan keamanan.

Dalam konteks ekonomi lokal, tempat ini diproyeksikan mampu menyerap tenaga kerja dan menggeliatkan ekonomi mikro. Viman bahkan menyebutnya sebagai wujud ekonomi khas Tasikmalaya.

“Tempat ini bukan hanya simbol ekonomi kreatif, tapi juga wajah kearifan lokal. Kita punya ciri khas Tutug Oncom, dan Saung ini mengangkatnya. Ini penting agar kuliner kita tidak tergilas arus globalisasi,” ujar Viman.

KH. Zamzam menambahkan, keberlanjutan usaha ini juga akan ditopang oleh jaringan pesantren dan komunitas yang selama ini telah dibina.

“Kami ingin membuktikan bahwa usaha ekonomi bisa berpihak pada umat. Tidak hanya profit, tapi juga memberi dampak nyata untuk pendidikan, tenaga kerja, dan nilai-nilai kebaikan,” tegasnya. (rzm)

<p>The post Saung Toncom dan Kopi Maqha: Ekonomi Umat, Dakwah, dan Silaturahmi dalam Satu Ruang first appeared on Tasikmalaya Ku.</p>

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *