JAKARTA – Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menggelar HCM Talks keempat bertema “Sustainability and Knowledge” bekerja sama dengan Pertamina. Acara ini membahas isu strategis mulai dari keberlanjutan, manajemen pengetahuan, pengembangan talenta, budaya inklusif, hingga pemanfaatan data dan HR analytics.
Melalui empat sesi utama, peserta mendapatkan wawasan mengenai kepemimpinan empatik, inovasi berbasis pengetahuan, serta pentingnya budaya organisasi yang mendukung keberlanjutan jangka panjang. Kegiatan dibuka oleh Prof. Dr. Aurik Gustomo, Dekan SBM ITB, dan Prof. Dr. Hendy Ginting, Ketua Kelompok Keahlian People and Knowledge Management (PKM).

Dalam sesi keynote, Dr. Agung Wicaksono, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis, PT Pertamina (Persero), menyoroti perjalanan panjang transformasi perusahaan energi nasional tersebut. “Pertamina terus berkembang. Sejak berdiri pada 1971, layanan kami masih terbatas dan manual, namun fondasi itu menjadi titik awal perjalanan besar Pertamina dalam melayani energi bangsa,” ungkapnya.
Sementara itu, Sisie Marshella, HRBP Senior Manager of Populix, memaparkan hasil survei terkait keberlanjutan dan budaya kerja. Temuan utamanya menunjukkan adanya kesenjangan antara tingkat kepentingan dan implementasi praktik keberlanjutan di perusahaan, kebutuhan akan pemimpin yang lebih empatik dan berorientasi manusia, serta pentingnya promosi yang objektif dan kesempatan setara bagi seluruh pekerja.
Lebih lanjut, sesi pertama menghadirkan Dr. Zulfikar Alimuddin selaku Ketua The New You Institute & Ketua Komite Sumber Daya Manusia dan Prof. Dr. Aurik Gustomo, dipandu oleh Hary Febriansyah, Ph.D. Diskusi mengangkat topik “Sustainable Talent Development: Building Future-Ready Human Capital.”
Dalam pemaparannya, Prof. Aurik menjelaskan perkembangan SBM ITB sebagai institusi pendidikan bisnis bertaraf internasional yang telah meraih akreditasi AACSB. Prof. Aurik menegaskan “Dampak sosial harus menjadi landasan misi organisasi, sementara struktur organisasi perlu mendorong akuntabilitas dan percepatan transformasi.”
Sesi kedua menghadirkan Ihsanuddin Usman, Direktur SDM PT Bukit Asam Tbk, dan Achmad Gazali, Ph.D., dengan moderator Hary Febriansyah, Ph.D. Ihsanuddin menekankan bahwa peran Subject Matter Experts (SME) sangat penting. Menurutnya, inovasi tidak hanya bertumpu pada teknologi, tetapi juga pada pengembangan model bisnis dan strategi penciptaan nilai.
Sesi ketiga menghadirkan Ridho Hutomo, Director of Human Capital Management and Administration PT PLN Indonesia Power, bersama Prof. Dr. Hendy Ginting, dimoderatori oleh Adita Pritasari, M.S.M. Diskusi menyoroti pentingnya budaya inklusif dan keberlanjutan, terutama terkait kesetaraan gender.
Prof. Hendy menekankan bahwa “Sebuah gerakan hanya akan menjadi slogan tanpa komitmen. Budaya dan aspek keselamatan harus menjadi prioritas. Tanpa perhatian pada budaya jangka panjang, organisasi akan sulit tumbuh.”

Sesi terakhir diisi oleh Indira Pratyaksa, VP Strategi Keberlanjutan, Kebijakan & Kemitraan PT Pertamina, bersama Dr. Rer. Pol Achmad Fajar Hendarman sebagai pembicara. Sesi ini menyoroti penerapan data-driven sustainability dan HR analytics untuk menciptakan dampak jangka panjang.
Indira mengangkat isu disabilitas sebagai salah satu fokus penting. “Saat mempekerjakan penyandang disabilitas, perusahaan harus memastikan infrastruktur pendukung, ketersediaan jenis pekerjaan yang sesuai, serta kesiapan pekerja pendamping. Hal serupa juga berlaku untuk peningkatan peluang perempuan, di mana sering kali batasan justru datang dari internal organisasi,” ujarnya.
Sesi HCM Series 4 tahun 2025 ditutup dengan penegasan bahwa aksi nyata menjadi keharusan bagi setiap institusi. CSR tidak hanya tentang memberi dampak bagi masyarakat, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas, kesejahteraan, dan keberlanjutan bagi para karyawan. (*)



















