Jabarku.id – Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya menyampaikan pernyataan sikap terkait eskalasi gerakan mahasiswa yang berlangsung pada 29 Agustus hingga 2 September 2025. Dalam pernyataan tersebut, mahasiswa menyoroti krisis demokrasi yang mereka nilai semakin memperlebar jurang antara rakyat dan penguasa.
BACA JUGA : Massa Aksi Apresiasi DPRD Tasikmalaya Dengarkan Aspirasi Malam Hari, Berikut Poin Inti Tuntutannya!
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsil, Muhamad Risaldi, menegaskan bahwa kesejahteraan publik semakin terpinggirkan akibat kepentingan elit, sementara aparat negara justru digunakan untuk meredam suara kritis rakyat.
Ia menyebut tindakan represif aparat yang menimbulkan korban jiwa dalam demonstrasi terakhir bukan sekadar insiden, melainkan cermin kegagalan negara menjalankan prinsip konstitusional.
“Negara semestinya hadir sebagai pelindung hak-hak rakyat. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal sebaliknya, aparat digunakan sebagai alat kekuasaan untuk menjaga privilese, bukan untuk menjamin keadilan,” ujar Risaldi dalam pernyataan sikap di Tugu Asmaul Husna, Kota Tasikmalaya, Selasa malam (9/9/2025).
Risaldi juga menyampaikan duka cita mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam aksi unjuk rasa. Menurutnya, solidaritas mahasiswa Unsil tertuju kepada seluruh massa aksi yang menjadi korban tindakan represif.
“Belasungkawa ini bukan sekadar ungkapan emosional, melainkan penegasan bahwa setiap nyawa dan martabat manusia adalah sesuatu yang tidak boleh dikorbankan oleh kepentingan kekuasaan,” tuturnya.
Ia menegaskan, segala bentuk kekerasan aparat terhadap mahasiswa maupun masyarakat sipil tidak bisa dibenarkan dalam sistem demokrasi.
“Kami mengutuk keras segala bentuk represifitas aparat negara yang mencederai prinsip keadilan, kemanusiaan, dan konstitusi. Kekerasan terhadap mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat sipil yang berani bersuara adalah pengkhianatan terhadap demokrasi,” kata Risaldi.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa penindasan yang dibiarkan hanya akan melahirkan kebisuan massal serta kematian kesadaran kritis. Menurut Risaldi, mahasiswa memiliki tanggung jawab sejarah sebagai moral force.
“Gerakan mahasiswa bukan sekadar demonstrasi jalanan, melainkan ekspresi dari kesadaran kolektif bahwa nafas demokrasi tidak boleh mati. Perjuangan mahasiswa adalah perjuangan bermartabat, bukan tindakan destruktif, melainkan gerakan intelektual yang berpijak pada nilai etika, keadilan, dan kemanusiaan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyoroti tindakan represif di ruang akademik, termasuk intimidasi terhadap mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas) dan Universitas Islam Bandung (Unisba).
Menurutnya, hal tersebut merupakan alarm keras bahwa kampus digiring dari ruang dialog menuju ruang represi.
“Padahal kampus adalah benteng terakhir kebebasan akademik dan dialektika kritis,” ujarnya.
Meski demikian, Risaldi menegaskan mahasiswa menolak segala bentuk penjarahan, perusakan fasilitas umum, maupun tindak destruktif lain yang dapat menodai gerakan moral mahasiswa dan rakyat.
“Gerakan intelektual harus berdiri di atas prinsip etik, bukan pada praktik destruktif yang justru melemahkan solidaritas rakyat,” tegasnya.
Mahasiswa Unsil juga menyerukan agar kampus ditegakkan sebagai safe place atau ruang aman untuk berpikir, berdialektika, dan membangun kesadaran kritis.
Ia menyebut kekerasan dan intimidasi di lingkungan kampus sebagai pelanggaran terhadap prinsip dasar kebebasan akademik.
“Kami mendesak agar seluruh demonstran yang masih ditahan di berbagai Polres maupun Polda segera dibebaskan tanpa syarat. Menyuarakan pendapat bukan kejahatan, melainkan hak konstitusional yang dijamin oleh UUD 1945,” kata Risaldi.
BACA JUGA : Istana Tegaskan Pergantian Sri Mulyani Bukan Karena Mundur atau Dicopot
Di akhir pernyataan, mahasiswa Universitas Siliwangi menegaskan komitmen bahwa perjuangan mahasiswa akan selalu berpihak pada rakyat, berdiri di atas nilai kemanusiaan, serta menolak segala bentuk kekerasan yang merampas hak-hak demokratis. (rzm)
<p>The post Mahasiswa Universitas Siliwangi Nyatakan Sikap atas Krisis Demokrasi dan Tindakan Represif Aparat first appeared on Tasikmalaya Ku.</p>