TASIKMALAYA – Gebrakan besar dilakukan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya di bawah Bupati Cecep Nurul Yakin. Mulai tahun ini, ribuan pelajar SD dan SMP di Kabupaten Tasikmalaya wajib menanam bibit pohon dan sayuran sebagai bagian dari kurikulum lingkungan.
Program ini bukan sekadar tugas sekolah, tetapi gerakan masif yang menargetkan dua persoalan penting: kerusakan lingkungan dan ketahanan pangan daerah.
Bupati Cecep menjelaskan mekanisme program yang sederhana namun berdampak besar.
Setiap siswa akan menanam sayuran, mulai dari cabai, tomat, hingga buncis di polybag dan membawanya ke sekolah.
“Sayuran ini nantinya bisa menunjang ketahanan pangan. Bisa dimanfaatkan bersama oleh sekolah, bahkan kelebihannya bisa dijual. Ini edukasi ekonomi produktif,” ujar Bupati Cecep saat menghadiri acara PKK di Singaparna, Rabu (3/12/2025).
Selain tanaman sayur, para siswa juga wajib membawa bibit pohon. Jenisnya bebas: buah-buahan hingga pohon berkayu.

Bibit ini akan dikumpulkan dan ditanam serentak di lokasi strategis seperti lingkungan sekolah, pinggir jalan, hingga kawasan resapan air.
Dengan asumsi terdapat 1.034 SD dan 251 SMP, dan setiap sekolah mengerahkan minimal 100 siswa, maka puluhan ribu pohon akan tertanam dalam satu periode.
“Bayangkan jika setiap sekolah ada 100 siswa saja, sudah berapa ribu pohon yang tertanam. Selain edukasi, ini langkah nyata menjaga lingkungan,” kata Cecep.
Bagian dari Program Besar “Tasik Hejo 2026”
Gerakan ini merupakan bagian dari program unggulan Pemkab Tasikmalaya, yaitu Tasik Hejo 2026, yang dicanangkan sebagai respons cepat atas kerusakan hutan di Jawa Barat sekaligus upaya mengurangi risiko bencana alam.
Mulai Desember ini, Pemkab menggerakkan masyarakat dan relawan untuk menanam pohon di tepi jalan dan hulu sungai.
“Kami di 2026 ada program Tasik Hejo. Kami akan merekrut relawan bencana, tapi juga relawan menanam di pinggir jalan dan bantaran sungai,” ungkap Bupati Cecep.
Untuk menjaga keberlanjutan program, Cecep meminta Bidang Lingkungan Hidup menyediakan bibit serta menerapkan konsep ‘Wilayah Asuh’ di setiap kecamatan.
Relawan nantinya akan mengasuh area tertentu, seperti hulu Sungai Citanduy, yang kerap menjadi titik rawan banjir dan longsor.
Fokus program diarahkan ke kecamatan dengan tingkat kerentanan tinggi, seperti Pagerageung, Taraju, Cigalontang, Salopa, Salawu, hingga Pancatengah.
Dengan memperkuat ekosistem di daerah rawan, Pemkab Tasikmalaya berharap ancaman bencana seperti banjir dan longsor dapat ditekan.
Gerakan konservasi berbasis pelajar ini diharapkan bukan hanya membentuk lingkungan yang lebih hijau, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang bagi ketahanan pangan dan edukasi lingkungan generasi muda. (Rizky Zaenal Mutaqin)



















