Di Hari Kesaktian Pancasila, Potret Warga Surade Tinggal di Rumah Reyot Jadi Cermin Belum Tegaknya Keadilan Sosial

SUKABUMI – Di tengah peringatan Hari Kesaktian Pancasila, yang seharusnya menjadi momentum meneguhkan nilai-nilai luhur bangsa, masih ada kisah pilu yang mencerminkan betapa keadilan sosial belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Kisah itu datang dari Rosad (56), warga Kampung Cimenteng RT 16/14, Desa Bunwangi, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Ia bersama keluarganya hidup di rumah reyot yang tidak layak huni. Atap bocor, dinding rapuh, dan lantai basah setiap kali hujan turun menjadi pemandangan sehari-hari. Kondisi ini bukan hanya memprihatinkan, tetapi juga mengancam keselamatan mereka.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Didesak Gunakan Hak Angket, Ketua DPRD Kota Sukabumi: Tak Menutup Kemungkinan itu Terjadi

Ironisnya, Rosad yang dulu menjadi tulang punggung keluarga kini tak lagi mampu bekerja karena menderita diabetes. Dengan kondisi kesehatan yang terus menurun, ia hanya bisa pasrah. Keluarga kecilnya pun bergantung pada bantuan sosial seadanya serta belas kasih warga sekitar.

Kondisi atap rumah Rosad (56), warga Kampung Cimenteng RT 16/14, Desa Bunwangi, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.

“Memang benar, Rosad tercatat penerima PKH. Namun dengan kondisinya sekarang, itu jelas tidak cukup. Rumahnya benar-benar mengkhawatirkan,” ujar Hendi, tetangga yang mengenal dekat keluarga tersebut.

Baca Juga: TKD Dipangkas, APBD 2026 Kabupaten Sukabumi Terancam Turun Signifikan

Kepedihan ini mengetuk hati Dedi Kurniadi, seorang pemerhati sosial yang kini menggalang donasi untuk membantu Rosad.

“Rumah ini sudah tidak layak ditempati. Saya berharap pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun daerah bisa melihat langsung kondisinya. Hari Kesaktian Pancasila seharusnya jadi pengingat bahwa keadilan sosial harus diwujudkan, bukan hanya semboyan,” tegasnya.

Kasus Rosad menjadi pengingat nyata, bahwa sila kelima Pancasila: “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, masih perlu diperjuangkan di pelosok negeri. Momentum Hari Kesaktian Pancasila ini diharapkan tidak hanya diperingati dengan upacara, tetapi juga diwujudkan dengan aksi nyata: memastikan rakyat, sekecil apa pun mereka, merasakan hak hidup layak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *