Kota Sukabumi Alami Deflasi 0,16 Persen pada Mei 2025, Pemkot Fokus Jaga Stabilitas Harga

SUKABUMI – Kota Sukabumi mengalami deflasi secara bulanan (Month-to-Month/m-to-m) sebesar 0,16 persen pada Mei 2025. Hal ini diungkapkan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi.

Deflasi merupakan kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan, yang dapat disebabkan oleh berkurangnya permintaan, penurunan produksi, atau kebijakan moneter yang ketat.

Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam pada Bappeda Kota Sukabumi, Erni Agus Riyani, menjelaskan bahwa sejumlah komoditas menyumbang besar terhadap deflasi tersebut.

“Berdasarkan data dari BPS, beberapa komoditas yang dominan memberi sumbangan terhadap deflasi Mei 2025 antara lain bawang merah, tarif rumah sakit, beras, cabai rawit, cabai merah, kentang, dan bensin,” ujarnya.

Ia menyebutkan, berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian (Diskumindag), mayoritas komoditas tersebut memang mengalami penurunan harga. Contohnya, harga kentang turun dari Rp18 ribu menjadi Rp17 ribu per kilogram, cabai rawit dari Rp40 ribu menjadi Rp30 ribu, dan bawang merah dari Rp45 ribu menjadi Rp40 ribu per kilogram.

Sementara itu, untuk inflasi secara tahunan (Year-on-Year/y-on-y), Kota Sukabumi mencatat inflasi sebesar 2,73 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,34. Inflasi tahunan tertinggi tercatat pada kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencapai 9,4 persen dengan IHK sebesar 120,73.

“Inflasi y-on-y terjadi karena naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, terutama kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat sebesar 3,6 persen,” lanjut Erni.

Dalam rangka menjaga kestabilan harga, Pemerintah Kota Sukabumi bersama lintas sektor terus menjalankan berbagai langkah pengendalian, seperti menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, memastikan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, distribusi yang lancar, serta komunikasi efektif antar pemangku kepentingan.

“Pengendalian juga dilakukan melalui analisis terhadap potensi tekanan harga serta inventarisasi data perkembangan harga barang dan jasa. Ini penting agar tidak ada gangguan terhadap stabilitas harga dan daya beli masyarakat,” imbuhnya.

Sebelumnya, Wali Kota Sukabumi, Ayep Zaki, menekankan pentingnya menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok sebagai fondasi ekonomi yang sehat. Dalam sebuah acara bersama Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat belum lama ini, ia menyatakan bahwa inflasi yang terjaga akan mendorong pertumbuhan investasi dan daya beli masyarakat.

“Alhamdulillah inflasi kita terjaga dengan baik di Kota Sukabumi, sehingga turut menopang stabilitas inflasi Jawa Barat. Jika investasi tumbuh, daya beli masyarakat pun akan ikut meningkat,” kata Ayep.

Ia juga menyebut bahwa pengendalian inflasi yang efektif dapat membuka peluang pertumbuhan di berbagai sektor, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.

Dengan tren deflasi m-to-m dan inflasi y-on-y yang terkendali, Pemkot Sukabumi menargetkan perekonomian daerah dapat tetap stabil dan berkelanjutan, terutama menjelang semester kedua tahun 2025. (Ky)

The post Kota Sukabumi Alami Deflasi 0,16 Persen pada Mei 2025, Pemkot Fokus Jaga Stabilitas Harga first appeared on Sukabumi Ku.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *