JABARKU.ID – Branding ArtSociates mulai dikenal pada tahun 2021 sebagai brand seni rupa dari Indonesia dengan promosi seniman di artfair dan pameran-pameran yang terkurasi dengan baik di galeri seni rupa dan artist management untuk seniman-seniman Indonesia. Andonowati, sebagai direktur ArtSociates, meresmikan Lawangwangi space menjadi ArtSociates Cafe.
“ArtSociates menawarkan konsep hospitality blending with art di gedung Lawangwangi dengan merekonstruksi ruang-ruang di gedung Lawangwangi menjadi ruang pajang khusus seniman yang dikoleksi oleh ArtSociates. Saya coba blending fungsi hospitality dengan seni dalam konsep museum,” kata Andonowati di Lawangwangi, Jumat (26/9) siang.
Re-Branding Lawangwangi yang sudah menjadi milik PT Buniwangi Lestari ini penting bagi ArtSociates untuk mewujudkan konsep barunya yang bertujuan ke arus utama; Art, Hospitality and Property. Berbeda dengan Hybridium yang berlokasi di Jalan Dago Giri No. 101 menggunakan tag “When boundarie faded away”. Menyatukan hospitality, seni, budaya, craft, architecture dan social venture.
ArtSociates Cafe menjadikannya destinasi wisata budaya, seni dan kukiner kekinian di Jalan Dago Giri No. 99, Lembang, Bandung Barat. Sebuah transformasi penting dalam kontribusinya pada imolementasi Undang Undang Pemajuan Kebudayaan dan kepariwiasataan nasional di wilayah Bandung Barat.
ArtSociates: Art, Hospitality and Property menawarkan pengalaman yang lebih hibrid daripada sekedar santap kuliner atau berwisata dan atau melihat karya seni. Warga Bandung dan wisatawan dapat menikmati ketenangan di desa Mekarwangi, Kec. Lembang dengan view kota Bandung, kabupaten Bandung juga wilayah Kabupaten Bandung Barat di area open space berupa taman yang banyak karya seni trimatra. Ruang terbuka hijau ini sudah banyak sajian musik dari musisi Bandung juga musik etnik. Di sana juga terdapat ampitheatre untuk performance arts, bergandengan dengan Galeri Sidharta. Ruang pajang seniman old master Indonesia yang kurang di kenal di kalangan gen-Z.
Di tengah kawasan ArtSociates Cafe tentunya berdiri megah dengan arsitektur modern yang banyak menyajikan karya seni modern dan seni kontemporer di ruang art galery (utama), koridor dan ruang-ruang kerja, serta sebuah art cafe di roof top gedung Lawangwangi.
Acara Grand Opening ArtSociates Cafe digedung Lawangwangi ditandai dengan ArtSociates Market di halaman depan gedung Lawangwangi dengan tenant merchadise perupa muda dan produk UMKM. Sajian musik juga memberikan suasana khas akhir pekan cafe. Dan pameran tunggal Galih Adika Paripurna pada pameran tunggal di ArtSociates art gallery, gedung Lawangwangi, bertajuk “Every Solid Thing Leaves A Trace” dengan kurator pameran Yacobus Ari R.
Galih Adika Paripurna pada pameran tunggalnya menyajikan hasil telusur imaji dan imajinasi keseharian dan menggoreskan cat minyak pada tangkapan imaji menjadi ritual seni lukis. Di mana hari-hari ini, imaji bergegas mengisi hasrat kita akan ingatan. Menghuni dengan mudahnya, mereka datang dari ponsel, kamera macam-macam, juga dari komputasi dan internet.
Galih Adika Paripurna melukiskan semua yang menyentuh itu pada puluhan bidang logam datar, kertas konkrit di atas lantai dan lapisan-lapisan akrilik pada dinding galeri.
“Galih melukis klise-klise negatif tak bertuan. Dibuatnya jadi seperti mempersoalkan, bagaimana tipisnya lapisan kesadaran manusia. Di antara sadar dan khayal di waktu yang sama. Ini adalah bagaimana keadaan datar, nyaris kosong dan ambigu pada lukisan-lukisan Galih.
Tiap aktualitas punya virtualitasnya. Tiap padatan punya jejak halusnya: every solid thing leaves a trace,” papar Yacobus Ari R, kurator pameran “Every Solid Thing Leaves A Trace” di gedung Lawangwangi, Jalan Dago Giri 99, Lembang, Bandung Barat. Pameran tunggal Galih Adika Paripurna berlangsung dari 26 September hingga 13 Oktober 2025.
Suguhan hospitality and art blended yang lebih menjangkau semua lapisan masyarakat berada di Jalan Dago Giri No. 101, 50 meter dari ArtSociates Cafe, terdapat ruang yang tak kalah unik, menarik dan nyaman untuk nongkrong sambil melihat karya seniman-seniman muda, Hybridium art gallery & Cafe. Pada hari yang sama Hybridium menggelar dua pameran seniman muda, di ruang galeri dan taman Hybridium. “Talun: Temporal”. Sebuah presentasi luar ruangan bukan sebagai objek kaku yang melawan waktu, melainkan sebagai fragmen hidup yang bernafas bersama lingkungannya.
Karya-karya dalam pameran ini terbuka pada perubahan: hujan, angin, lumut, dan retakan bukan dianggap kerusakan, melainkan begian dari narasi. Talun dalam bahasa Sunda adalah sebuah kebun yang ditanami pepohonan atau tumbuhan yang usianya panjang. Dalam bahasa Indonesia, talun bermakna gema atau gaung. Karya dalam pameran ini adalah presentasi ruang transisi, dengan perupa muda: Bayu P. Pratama, Das Genesis, Erik Rifky Prayudhi, Fefia Suh, Izal Batubara, Mira Rizky, Rendy Pandita, Wildan Indra Sugara.
Pameran di dalam ruang Hybridium bertajuk “Nglanglayung: the unrest within” dengan perupa: Anahiz, Fatih Jagad Raya, Friski Jayantoro, Galih Hermawan, Karyana Tri Utama, Washfa Fadilla.
“Enam seniman dengan medium dan gaya berbeda berkumpul dalam pameran ini: lukisan teks dan ikon yang riuh, bentuk biomorfik yang menyentuh tubuh, pernyataan minimal yang nyaris sunyi, sapuan ekspresif yang meledak dengan sisa jargon internet, resin kitsch yang berkilau sekaligus rapuh, hingga video surreal yang menyindir realitas politik lewat humor gelap….semua terhubung dalam semangat zaman yang sama,” papar kurator dua pameran itu, Axel Ridzky di Hybridium art gallery. Dua pameran tersebut berlangsung sampai 24 Oktober 2025. (*)