BANDUNG – Musim 2024/25 menjadi momen bersejarah sekaligus penuh emosi bagi PERSIB. Di tengah kegembiraan menutup musim dengan gelar juara Liga 1 kedua secara beruntun, klub harus melepas salah satu sosok paling ikonik di lini belakang—Victor Igbonefo. Bek berdarah Nigeria yang akrab disapa “Papa” itu resmi mengakhiri kebersamaannya dengan PERSIB setelah enam musim penuh pengabdian.
Bergabung pertama kali pada 2018 di bawah pelatih Mario Gomez, Igbonefo dengan cepat menancapkan pengaruhnya sebagai pemimpin di lini pertahanan. Tampil dalam 27 dari 34 laga di musim debutnya, ia menunjukkan konsistensi dan ketangguhan yang menjadikannya salah satu figur sentral di balik julukan “tembok biru” PERSIB. Meski sempat berkarier di Liga Thailand, ia kembali ke Bandung pada 2020 dan tetap setia meski musim itu terganggu pandemi.
Tak hanya tampil dalam 85 pertandingan Liga 1 dan satu laga AFC Champions League Two, Igbonefo juga dikenal sebagai teladan di ruang ganti. Karismanya membawa ketenangan dan semangat bagi pemain muda. “Hatur nuhun, Papa. Jasamu tak tergantikan dan akan selalu menjadi bagian dari sejarah klub ini,” ucap Deputy CEO PT PERSIB, Adhitia Putra Herawan, mewakili rasa terima kasih manajemen dan Bobotoh.
Di sisi lain, musim ini juga menjadi penanda pencapaian luar biasa bagi Achmad Jufriyanto. Bek senior yang akrab disapa Jupe itu mencatatkan gelar ketiganya bersama PERSIB setelah sebelumnya mengangkat trofi pada 2014 dan musim lalu. Raihan tersebut membuatnya nyaris menyamai catatan legenda Robby Darwis yang menjuarai kompetisi sebanyak empat kali bersama Maung Bandung.
“Alhamdulillah, saya termasuk yang beruntung. Tidak banyak pemain yang bisa kembali dan tetap diberi kepercayaan,” kata Jupe dengan nada haru. Meski kebersamaannya dengan PERSIB sempat putus nyambung—membela Sriwijaya FC, Kuala Lumpur FA, dan Bhayangkara FC—ia selalu diterima kembali dengan tangan terbuka, mencerminkan hubungan emosional yang kuat antara dirinya dan klub.
Pemain bernomor punggung 16 itu telah mencatatkan 132 penampilan sejak 2014. Dalam dua musim terakhir, meski mulai fokus mendampingi tim sebagai staf pelatih, Jupe tetap menjaga kebugaran dan sempat tampil dalam lima laga. “Saya ingin menunjukkan bahwa usia bukan penghalang untuk terus berjuang dan menginspirasi pemain muda,” ucapnya.(Chen/*)
Kepergian Igbonefo dan pencapaian Jupe menjadi simbol transisi generasi di tubuh PERSIB. Dua sosok yang mewakili karakter kuat, dedikasi, dan loyalitas ini menutup satu bab dengan penuh kebanggaan dan membuka ruang bagi lahirnya pemimpin-pemimpin baru di skuad Maung Bandung.
Meski langkah mereka di lapangan mulai meredup, semangat juang, nilai kebersamaan, dan kenangan mereka akan terus hidup dalam setiap detak semangat Bobotoh. Karena bagi PERSIB, mereka bukan sekadar pemain—mereka adalah bagian dari jiwa klub