TASIKMALAYAKU.ID – Megawati Hangestri Pertiwi kembali ke Indonesia dengan status bintang. Dua musim gemilang di Liga Voli Korea menjadikannya atlet yang digadang-gadang bisa mengangkat performa tim mana pun, termasuk Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia di Proliga 2025.
Tapi publik dibuat bertanya-tanya ketika Megawati tak terlihat maksimal. Hanya tiga kali tampil, timnya gagal ke grand final. Di balik semua itu, ternyata ada cerita tak terduga, tentang kontrak, cedera, dan rasa tanggung jawab yang membebani.
Kontrak Disepakati Sebelum Cedera
Segalanya berawal ketika Megawati masih sehat dan kuat. Sebelum final Liga Korea digelar, manajernya sudah dihubungi pihak Petrokimia. Mereka menginginkan Megawati memperkuat tim di babak final four Proliga.
“Saat itu aku belum cedera,” ungkap Mega. “Jadi ya aku terima tawarannya.”
BACA JUGA : Saat Megawati Harus Menepi: Strategi Bertahan Petrokimia Berbuah Perunggu
Tapi semua berubah cepat. Laga final yang berlangsung ketat hingga lima leg dan lima set terakhir menghancurkan kondisi fisiknya. Betisnya robek 22 cm karena overuse, ditambah lutut yang bengkak dan paha tertarik.
Ia nyaris tak punya waktu istirahat sebelum harus terbang kembali dan bergabung bersama Petrokimia.
Ingin Mundur, Tapi Ditahan dengan Pengertian
Melihat kondisi tubuh yang tak lagi siap bertanding, Megawati mencoba mengambil langkah jujur. Ia meminta kontraknya dibatalkan.
“Aku bilang ke manajer, kontraknya diputus aja karena aku lagi cedera,” ujarnya.
Namun, respons Petrokimia justru di luar dugaan. Alih-alih membatalkan, mereka memberikan dukungan penuh. Mereka tidak menuntut performa maksimal, hanya ingin Megawati hadir dan memberikan semangat.
“Mereka bilang gak apa-apa. Datang aja, main sebentar juga udah bikin orang senang,” katanya, terharu.
Main dengan Separuh Kekuatan, Bayaran Tetap Diterima
Megawati pun tampil di tiga laga penting—dua di babak final four di Solo dan satu laga perebutan peringkat ketiga. Semua dengan kondisi cedera, tanpa kekuatan penuh, dan tanpa penghilang rasa sakit.
Meski kontribusinya tak maksimal, Megawati tetap mendapat bayaran sesuai kontrak. Ia sempat meminta agar bayaran dikurangi, merasa tak pantas.
“Tapi mereka tetap kasih full. Aku sampai gak enak hati,” katanya jujur.
Pelajaran dari Sebuah Kontrak
Kisah ini bukan hanya tentang seorang atlet dan tim, tapi tentang bagaimana profesionalisme dijalankan dengan empati. Petrokimia memahami kondisi Megawati, dan Megawati tetap berusaha menghormati komitmen meski tubuhnya sudah berteriak minta istirahat.
Kini, Megawati memilih rehat. Ia ingin kembali ke keluarganya, menikmati waktu bersama orang tua, dan memulihkan tubuh. Tapi keinginannya bermain di luar negeri belum padam.
“Kalau skill bagus, uang pasti datang. Yang penting pengalaman dan semangat,” tutupnya. (*)
The post Megawati dan Petrokimia: Kontrak yang Tetap Jalan Meski Tubuh Tak Lagi Kuat first appeared on Tasikmalaya Ku.