TASIKMALAYA – Beberapa bulan lalu, nama Beckham Putra Nugraha bahkan tak masuk radar Patrick Kluivert. Kini, ia berdiri di tengah lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno, mengenakan seragam Merah-Putih, dielu-elukan puluhan ribu pasang mata yang tak asing baginya.
Ini bukan cerita tentang debut biasa. Ini kisah tentang bagaimana seorang pemain, yang sempat terabaikan, akhirnya membuktikan diri sebagai supersub dalam panggung terbesar sepak bola nasional.
Dari Konsistensi yang Tak Terlihat
Selama dua musim terakhir, Beckham Putra adalah simbol kestabilan di lini depan Persib Bandung. Bersama Ciro Alves dan Tyronne Del Pino, ia jadi motor serangan tim yang menjuarai Liga 1 dua musim beruntun. Statistik, kontribusi, dan pengaruhnya tak terbantahkan.
BACA JUGA : Beckham Putra Dipanggil Timnas, Bojan Hodak Kirim Pesan Spesial: Tunjukkan Taringmu!
Namun, saat Patrick Kluivert merilis daftar pemain timnas Indonesia untuk FIFA Matchday Maret, nama Beckham tak ada. Bobotoh geram. Pengamat bertanya-tanya. Suporter netral pun mengernyitkan dahi.
“Dia konsisten, dia produktif, tapi tetap tak dipanggil. Ada apa?” ucap salah satu pelatih lokal Liga 1 seperti dikutip BolaSport.
Jeda internasional Juni pun membawa kabar serupa: Beckham kembali tak masuk dalam rencana Kluivert. Dalam sorotan media dan opini publik, Beckham tetap tenang. Ia terus bermain seperti biasanya—dengan kepala tegak dan kaki bekerja.

Pintu yang Terbuka karena Cedera
Segalanya berubah cepat. Jelang laga penting kontra China, lini serang timnas mengalami krisis. Septian Bagaskara mengalami cedera. Dan di titik itulah, nama Beckham akhirnya muncul sebagai pemain pengganti darurat.
Tak ada selebrasi di media sosial. Tak ada pernyataan emosional. Ia datang ke training camp di Bali, membawa satu hal: niat untuk bekerja keras.
“Saya tahu saya bukan pilihan utama,” ucap Beckham dalam sesi mixed zone usai pertandingan di GBK. “Tapi saya siap kalau dipercaya.”
Menurut sumber internal PSSI, selama sesi latihan di Bali dan Jakarta, Beckham menunjukkan sesuatu yang berbeda, bukan sekadar teknik, tapi keberanian untuk mengambil risiko dan rasa lapar yang tak semua pemain miliki. Setiap kali dia dapat bola, ada sesuatu yang terjadi dan itu tak bisa diajarkan.
Supersub yang Mengguncang
Dalam laga kontra China, Kluivert akhirnya memberikan panggung itu. Beckham tak memulai dari menit pertama, tapi ia jadi pemain pertama yang dipanggil dari bangku cadangan—bersama Kevin Diks.
Begitu masuk, Beckham langsung menjadi agitator lini tengah. Ia mendribel, membelah pertahanan lawan, memberi umpan terukur, dan menciptakan peluang matang bagi Diks. Beberapa menit kemudian, ia memenangkan bola di dalam kotak penalti dan dijatuhkan. Wasit bergeming, tapi publik tahu: Beckham datang bukan untuk bermain aman.
“Saya hanya ingin melakukan apa yang biasa saya lakukan di Liga 1. Main lepas,” ucapnya.
Dan itulah yang dilihat publik. Seorang pemain pengganti yang memberi dimensi baru dalam permainan. Seorang supersub yang pantas mendapat label itu bukan karena hype, melainkan kontribusi konkret.

Momentum dan Masa Depan
Usai pertandingan, Beckham tak berbicara soal pencapaian. Ia berbicara soal rasa syukur. Soal perjuangan panjang. Soal mencintai sepak bola sejak kecil tanpa berpikir soal seleksi, tekanan, atau panggung besar.
“Sepak bola adalah hidup saya. Saya tak merasa ini beban. Ini mimpi,” katanya pelan, matanya sedikit berkaca.
Kini, tantangan berikutnya adalah laga melawan Jepang. Di saat pemain-pemain seperti Marselino Ferdinan kembali ke skuat, posisi Beckham tak otomatis aman. Tapi satu hal sudah berubah: ia bukan lagi pemain yang tak dilirik. Ia adalah bagian dari cerita. Dan mungkin, tokoh penting yang sedang ditulis takdirnya. (*)
The post Setiap Kali dapat Bola, Ada Sesuatu yang Terjadi: Beckham Putra Dulu Tak Dilirik, Kini Jadi Nafas Baru Timnas first appeared on Tasikmalaya Ku.