Ini Kisah Toko Jamu Legendaris Babah Kuya di Bandung, Berdiri Sejak 1838

Berdiri Sejak 1838, Ini Kisah Toko Jamu Legendaris Babah Kuya di Bandung

SUKABUMI – Di tengah modernisasi Kota Bandung yang terus bergerak, terselip sebuah warisan yang tak lekang oleh waktu, yaitu Toko Jamu Babah Kuya. Berdiri kokoh sejak tahun 1838, toko jamu ini bukan sekadar tempat berjualan ramuan herbal, melainkan sebuah jejak sejarah yang melestarikan kearifan lokal dalam pengobatan tradisional.

Mengunjunginya seperti melangkah mundur ke masa lampau, merasakan denyut kehidupan yang berbeda. Berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Babah Kuya adalah saksi bisu perkembangan Bandung.

Sejak awal berdirinya, toko ini telah melayani berbagai lapisan masyarakat, dari bangsawan hingga rakyat biasa, dengan ramuan jamu tradisional yang dipercaya ampuh mengatasi berbagai keluhan kesehatan.

Baca Juga : Lembah Gupit Cihonje: Wisata Alam Asri di Sukabumi dengan Tiket Masuk Cuma Rp10.000

Nama “Babah Kuya” sendiri merujuk pada sang pendiri, seorang etnis Tionghoa yang dikenal dengan panggilan “Kuya”, karena geraknya yang tenang atau usianya yang panjang.

Generasi demi generasi telah menjaga kelestarian resep-resep jamu kuno ini. Meskipun zaman berubah dan persaingan semakin ketat, Babah Kuya tetap bertahan dengan prinsip menjaga kualitas dan keaslian ramuan.

Mereka tidak banyak berinovasi dalam hal produk, namun fokus pada konsistensi racikan yang telah terbukti khasiatnya selama berabad-abad. Keunikan Babah Kuya terletak pada proses pembuatan jamunya yang masih sangat tradisional.

Baca Juga : Perjalanan Santai ke Ujung Genteng: Menyusuri Jalur Perkebunan Teh dan Jalan Mulus Waluran

Bahan-bahan baku yang digunakan sebagian besar adalah rempah-rempah asli Indonesia, dipilih dengan cermat, dan diolah secara manual.

Tak ada mesin modern yang terlibat dalam proses ini, semua dilakukan dengan tangan, menjaga esensi dan energi dari setiap ramuan.

Beberapa jamu yang paling populer dan menjadi andalan Babah Kuya adalah jamu pegal linu, jamu kuat pria, jamu khusus wanita, dan masih banyak lainnya.

Baca Juga : Kisah PO AKAS Group, Dulu Bengkel Senjata Kemerdekaan Kini Jadi Penguasa Bus di Jawa Timur

Selain jamu cair siap minum, Babah Kuya juga menyediakan bahan-bahan jamu kering yang bisa diracik sendiri di rumah, serta beberapa produk herbal lainnya.

Pengunjung yang datang tak hanya membeli jamu, tetapi juga seringkali berinteraksi dengan penjaga toko yang ramah, yang dengan senang hati berbagi cerita dan pengetahuan tentang khasiat jamu.

Babah Kuya adalah sebuah pengalaman. Aroma rempah yang kuat menyambut pengunjung begitu melangkah masuk, seolah membawa mereka ke masa lalu.

Rak-rak kayu tua berisi stoples-stoples kaca penuh ramuan kering, timbangan kuno, dan peralatan tradisional lainnya menambah suasana otentik.

Tempat ini menjadi pengingat bahwa di tengah gempuran produk modern, kearifan lokal dan tradisi leluhur masih memiliki tempat yang kuat dalam kehidupan masyarakat.

Mengunjungi Babah Kuya bukan hanya sekadar membeli jamu, tetapi juga menghargai warisan budaya yang tak ternilai harganya. Ini adalah pengingat bahwa kesehatan bisa didapatkan dari alam, dengan sentuhan tangan yang tulus dan resep yang telah teruji waktu.(Sei)

The post Ini Kisah Toko Jamu Legendaris Babah Kuya di Bandung, Berdiri Sejak 1838 first appeared on Sukabumi Ku.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *